Minggu, November 28, 2010

Muhasabah Hati

Bismillah ...

Keimanan yang benar
Menjadikan perjalan hidup
Ibarat sebuah kisah cinta
Kesetian dan pengorbanan
Menukar ujian pahit
Menjadi satu kenangan
Yang sangat manis
Kesabaran menjadikan
Segala beban yang ditanggung
Ringan dan mudah
Keyakinan pada janji Allah
Menjadikan jiwa tenang
Ketika perjalanan begitu sukar
Kerinduan padaNya
Menjadi pembakar semangat
Setiap kali dihadapkan
Dengan berbagai kegagalan
Dan ujian yang berat
Yakin pada yang Maha Esa

---Senyum Ukhuwah Fillah---
http://senyummuhasabahhati.blogspot.com/

Sabtu, November 27, 2010

for tomorrow
we are  need
forever without
i know you are bussy

Rabi'ah Al Adhawiyyah


ibadahnya / kesholehannya tak tertandingi kaum lelaki.
jika beliau sholat tahajut dimalam hari, maka dipagi hari beliau katakan

"Ya Allah sebagai rasa syukur karena telah engkau berikan taufik untuk bisa
tahajut maka aku akan berpuasa penuh disiang hari, "

dan jika saat berbuka tiba maka beliau akan katakan

" ya Allah sebagai rasa syukur mendapat taufik berpuasa
disiang hari maka aku akan beribadah sepanjang malam."

begitu seterusnya kehidupannya,
bertahajut dimalam hari dan berpuasa disiang hari

subhanallah . .

Jzk.. ummi

~ Ungkapan dan Faedah Pernikahan ~


* PERNIKAHAN yang tidak dibangun di atas pondasi keimanan, akan terakhir dalam keadaan mati.

* Pernikahan adalah Ujian dari ALLAH Subhanahu wa Ta'ala, bagi suami maupun istri.

* Pernikahan yang dibeli dengan harta, akan dijual ketika harga jualnya lebih menguntungkan.

* Pernikahan demi kecantikan atau kemampuan semata, seperti rumah yang dibeli karena berandanya saja.

* Pernikahan adalah upaya saling melengkapi antara dua orang yang tidak sempurna dan upaya yang saling memahami antara dua orang yang berakal.

* Pernikahan adalah relasi yang dibangun diatas dasar basa basi, diplomasi dan toleransi.

* Pernikahan adalam sistim rabbani yang paling indah untuk menghimpun laki-laki dengan perempuan
dalam satu rumah dan satu ranjang, agar mereka saling berbagi, saling mencintai, memperoleh keturunan, dan silih asah, silih asih, silih asuh dalam meniti kehidupan.

*Pernikahan yang sukses dan bahagia adalah suami istri yang saling memahami, menjalankan perannya dengan baik, dan mendukung peran pasangannya.

* Pernikahan adalah gerbang bagi suami istri menunju kehidupan baru yang penuh kebahagiaan atas kehendak mereka berdua, atau menuju kesengsaraan atas kehendak salah satunya atau kedua-duanya.

* Pernikahan selalu diawali untaian kata-kata yang baik, lalu menjadi langgeng dan kuat juga oleh untaian kata-kata yang baik.

* Pernikahan adalah tempat persemaian emosi-emosi vital agar saling berinteraksi sampai berbuah kebahagiaan. Inti Pernikahan adalah ketenangan, bukan nafsu yang menggelora atau hasrat yang menggebu.

*Pernikahan adalah tempat berteduh bagi suami istri. Sebagai tempat berteduh, pernikahan melindungi mereka pada saat suka maupun duka.

~ Jangan Membangun rumah diatas sebidang tanah, tapi bagunlah diatas pernihana ~

Faedah Pernikahan :
1. Menjaga kehormatan dan pandangan mata, dan melindungi agama dan akhlak.

2. Mengais pahala yang besar akibat melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya dalam hal Pernihakan.

3. Mewujudkan kemintraan dan persahabatan antara suami dan istri yang menepis rasa sepi dan menjauhkan penyakit psikis dan fisik akibat kesendirian, keterasingan dan perselibatan.

4. Menghasilkan keturunan yang shaleh yang sangat penting dalam memperbanyak kuantitas kaum muslimin dan mendatangkan pahala yang besar bagi orang tua dalam mendidik dan bersabar atas kematian anak-anak mereka.

5. Merajut Relasi sosial, mengukuhkan ikatan cinta, kesepahaman, dan keakraban antar anggota masyarakat, sehingga dapat membawa kemajuan bagi mereka dalam aspek ekonomi.

6. Saling besinergi dalam perkara agama dan dunia. Berapa banyak istri shalehah menjadi penyebab suaminya mendapatkan hidayah, dan demikian sebaliknya.

Rasulullah SAW menganggap Pernikahan sebagai pembersih dosa dan kesalahan. (HR. Ibnu Majah).

Trims yaa  Mek.. 

Ya Allah ,sesungguhnya

Ya Allah ,Sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini
telah berhimpun dalam cinta kepada_Mu,
telah berjumpa dalam taat kepada_MU,
telah bersatu dalam Dakwah kepada_Mu,
telah berpadu dalam membela Syariat_Mu.
Maka teguhkanlah ya Allah, ikatanya, 
kekalkanlah cinta kasihnya,tunjukilah jalan-jalan_Nya .
penuhilah hati-hati tersebut dengan cahaya_Mu yang tidak pernah sirna .
Lapangkanlah dada-dada kami dengan kelimpahan iman kepada_Mu 
dan indahnya bertawakkal kepada_Mu.
hidupkanlah ia dalam makrifat kepada _Mu .
wafatkanlah ia  dalam syahid dijalan_Mu.
Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong
yaAllah,kabulkanlah .
Dan sampaikanlah shalawat kepada nabi Muhammad SAW,
kepada keluarga ,para sahabat beliau. 

Jumat, November 26, 2010

mereka  mencerahkan duniaku  dengan cinta dan tawa
mereka menghadirkan kehangatan janji musim  dingin  ini dalam hari-hariku
karena mereka , aku senantiasa merasa muda ....
dua permata ini mengisi hari -hari ku
kemarin  ,saat ini dan esok ,

Demi Keluarga, Aku Nekat Menjadi TKW

E-mail Print PDF
Sambil menunggu keberangkatanku menjadi TKW, aku sering bertanya-tanya, di mana janji wakil rakyat selama Pemilu?
 
Aku adalah seorang yang terlahir dari keluarga pas-pasan,tidak banyak pilihan yang bisa di lakukan untuk keluarga miskin seperti kami, apalagi dengan kondisi saudara yang masih kecil-kecil.
 
Sebagai seorang anak yang mencintai keluarganya, sudah barang tentu aku berpikir sebuah cara untuk membantu orangtua yang telah membesarkanku. Namun dengan ijazah formal yang tidak dapat dibanggakan, apalagi keadaan negeri tengah carut-marut, seakan tertutup harapan ini melangkah.
 
Aku hanya seorang wanita yang masih sangat muda saat itu. Di tengah ramainya kasus buruk akibat krisis moral bangsa, banyak wanita muda sepertiku rela mempertaruhkan apapun demi mendapat segepok rupiah, tak peduli hal tersebut haram atau halal.
 
Di tengah kebingungan yang mendera, datanglah seorang wanita yang kebetulan teman tetanggaku, dia wanita yang cukup menarik, menceritakan kepadaku tentang pekerjaannya yang menjanjikan jutaan rupiah. Katanya, kerjanya ringan dan tidak memandang ijazah.
 
Saat aku tanya jenis pekerjaannya, dia mengelak. Atas kehendak Allah, seseorang yang sangat dekat dengan wanita tersebut secara sembunyi-sembunyi mengabarkan kepadaku tentang jenis pekerjaan yang ditawarkan kepadaku tersebut. Pekerjaan itu tak lain pekerjaan yang menyewakan harga diri dan kesucian pada lelaki hidung belang, tepatnya di kota Batam. Duh Gusti Allah, lebih baik kami sekeluarga mati kelaparan daripada harus hidup dengan uang yang didapat dengan cara kotor.
 
Akhirnya, pekerjaan tersebut aku tolak mentah-mentah, hingga datanglah  kabar tentang kesuksesan-kesuksesan Tenaga Kerja Wanita (TKW) luar negeri. Padahal, saat itu masih sangat sedikit dikampungku yang menjadi TKI.
 
Tapi bagaimana saya yang masih belum genap  sembilan belas tahun harus pergi keluar negeri? Sungguh sangat mengerikan. Masalahnya, bagiku berpangku tangan melihat kesengsaraan orangtua dan adik-adik di kampung akan jauh lebih mengerikan. Sebab mereka membutuhkan bantuan.
 
Demi rasa bakti yang tulus terhadap keluarga tercinta, aku akhirnya nekad mendaftarkan diri menjadi TKW, aku tak berpikir apa resikonya.
 
Sembari aku menyiapkan diri menjadi TKW, aku serimg bertanya-tanya kepada para wakil-wakilku, para anggota dewan yang terhormat, yang sering memasang spanduk di depan jalan kampungku dan senantiasa  berbibir manis dalam menjanjikan kesejahteraan orang kampung seperti kami.
 
Janji-janji seperti itu, sering saya lihat menjelang Pemilu tiba. Namun, dengan kenekatanku ke luar negeri, kira-kira ke mana mereka semua yang pernah berjanji manis itu?
 
Saya ingat sebuah kutipan dalam al-Quran, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka.”
 
Tiada gunanya saya  menghujat anggota dewan. Biarlah kelak di hari pengadilan nanti Allah yang menghadapinya. Toh, keluargamu makan atau tidak, mereka belum tentu peduli. 
 
“Menjual” bangsa sendiri
 
Tak menunggu waktu lama, saya akhirnya berangkat juga ke luar negeri. Sebelum berangkat, saya pertama kali sangat terkejut ketika ditampung oleh Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) di kota Surabaya. Pertama yang saya rasakan, kehidupan di penampungan itu sangat memprihatinkan. Kami layaknya budak di hadapan staf PJTKI.
 
“Oh ini gambaran-gambaran orang uang d bertebaran menjual warganya sendiri.”
 
Dan lebih terkejut lagi, saat mendengar kabar dari salah satu teman, bahwa sebelum menjalani proses menjadi calon TKW, kami harus medical ceck-up dahulu. Dokter yang memeriksa kami adalah laki-laki. Lebih kurang ajar lagi, saat medical ceck-up, kami diharuskan telanjang. Katanya,  ini untuk memastikan bahwa calon TKI/TKW benar-benar dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
 
“Oh Ya Allah, kami ini bukan pelacur, kami ini punya keinginan memperjuangkan nasib buruk kami di desa untuk keluarga. Jika ada pekerjaan lain lebih baik, mungkin kami juga tak mau menjadi TKW.”
 
Untuk urusan tidur, kami layaknya ikan teri yang dijejer secara rapi di atas lantai dengan kasur tipis. Untuk urusan  makan, kami harus mengantri dengan antrian panjang. Makanan yang kami makanpun seperti makanan yang lebih cocok untuk makan kucing, di kampung kami.
 
Para staf PJTKI di tempat kami  seperti jelmaan Fir’aun yang menuhankan dirinya. Ingin rasanya saya berontak, berteriak pada para bapak-bapak yang berkuasa.  “Wahai bapak pemerintah, apakah kalian bisa melihat kesengsaraan nasib rakyatmu? Di mana kalian ketika kami seperti ini?”
 
Jika tak ingat keluarga dan demi sesuap nasi, mungkin saya sudah balik ke kampung halaman. Namun mengingat itu semua, apalagi uanng yang kami keluarkan juga tak sedikit, akhirnya semua “kekejaman” dan “pelecehan” itu pura-pura aku lupakan.
 
 
Akhirnya, sebelum rangkaian medical ceck—up aku lewati, ada peristiwa tragis yang menimpa seorang PJTKI. Kala itu, PJTKI didemo warga. Kami tidak tahu pasti alasannya, beberapa para calon TKW  berhasil kabur dari PJTKI. Sebagian dikurung oleh PJTKI, seolah hewan. Bahkan tidak ada celah sedikitpun untuk melirik dunia luar selama ditampung PJTKI.
 
Aku bersama kawan-kawan lain kabur, lalu pindah ke PJTKI yang lebih ramah dan tidak menyuruh kami menggugurkan harga diri.
 
Meski tidak bisa dikatakan layak, setidaknya PJTKI yang baru lebih baik dibanding PJTKI Surabaya yang sebelumnya aku huni.
 
Di tempat baru, kami harus menunggu berbulan-bulan di PJTKI, tentusaja dengan rutinitas yang monoton dan membosankan, membuat kami benar-benar jenuh.
 
“Ya Allah, hanya demi sesuap nasi kami harus menghadapi kesengsaraan demi kesengasaraan?”.
 
Akhirnya, kabar menggembirakan itu datang juga. Aku mendapat pekerjaan di negeri seberang, di Negara Hong Kong. Alhamdulillah.
 
Saat pertama kali menginjakkan kaki di Hong Kong, aku sangat kaget dengan keindahan kota ini. Sungguh semuanya serba canggih, tak seperti di desaku, di Jawa Timur. Sampai toko kelontong kecilpun menggunakan pintu kaca yang otomatis. Bangunan-bangunan yang kokoh dan rapi. Tidak ada pengemis atau anak jalanan yang berkeliaran di jalan, karena orang jobless (pengangguran) dan ekonomi lemah mendapat santunan tiap bulan dari pemerintah di sini.
 
Rakyatnya disiplin dan pekerja keras, tidak ada anak muda yang nongkrong-nongkrong di jalanan sambil bawa gitar, sebagaimana saya lihat di Indonesia.
 
Saya lebih bergembira, ketika bos ku, yang kini menjadi tempatku bekerja,  ternyata ramah dan baik. Ia tidak gila hormat seperti staf PJTKI di Indonesia.
 
Mereka tegas tapi tidak menuntut penghormatan berlebihan. Justru masalah terbesar yang kami alami adalah dari pemerintah kami sendiri, pihak KJRI.
 
Pejabat konsulat yang ditugaskan untuk melayani dan melindungi rakyatnya, sepertu kami, justru melakukan diskriminasi berlebihan pada TKW.
 
Sampai Satpam Konsulat pun ikut-ikutan tertular sombong, sama sombongnya dengan pejabat Indonesia yang lain.
 
Suatu ketika, saat kami memperpanjang paspor, kami harus mengantri yang sangat panjang. Hingga ada warga China yang mengantar pembantunya memperpanjang paspor-pun marah-marah di kantor Konsulat Indonesia. “Pelayanan pejabat Indonesia tidak professional,” demikian ujar seorang warga China tersebut.
 
Suatu hal yang kelihatan mencolok dari pejabat Indonesia adalah, mereka membawa budaya Indonesia ke Hong Kong. Misalnya,  budaya sok, pemalas, dan lamban dalam bekerja. Kadang acuh terhadap kepentingan rakyatnya sendiri, seperti para TKW. 
 
Saat saya bercerita ini, di Hong Kong sedang hangat kasus kontrak mandiri, di mana dengan kontrak mandiri tersebut TKW bisa memperpanjang kontrak dengan bos-nya tanpa melalui agen.
 
Namun menurut teman-teman TKW, saya mendapat kabar, pihak konsulat justru mempersulit proses kontrak mandiri dan mencabutnya secara diam-diam.
 
Andai berita ini benar, kami benar-benar merasa sedih. Justru di tempat asing, kami tak dimudahkan oleh bapak-bapak kami yang berkuasa.
 
“Wahai bapak-bapak pejabat, yang ditugaskan dari uang pajak kami,  Kami para TKI dan TKW, bukan budak yang tidak berharga. Sebelum kalian dibenci rakyat dan akan mendapatkan siksaan di yaumul akhir,  tolonglah, perhatikan nasib kami wargamu ini.” [Cerita ini ditulis langsung oleh seorang TKW dan dikirim ke redaksi hidayatullah.com]
 

Kisah Sejuta Hikmah

Menentukan Seorang Juara

Suatu hari , sekumpulan pemuda Muslim tengah berkumpul dan bertanding mengadu kekuatan:   siapa  yang  bisa menggerakkan sebuah batu besar , maka dia akan dianggap sebagai jagoan .

Kebetulan Nabi SAW . lewat . Beliau bertanya : " Apa yang tengah kalian lakukan ? "
"Kami sedang mengadu kekuatan kami.kami ingin melihat siapa diantara kami yang paling kuat,'jawab mereka.
"Inginkah kalian tahu siapa yang paling kuat dan energitik? " tanya Nabi .
"Tentu , ya Rasulullah, ' sahut mereka , "adakah wasiat lain yang lebih baik dari Anda yang memberikan gelar kebanggaan kepada kami ? "

Mereka berfikir , bahwa sebentar lagi Nabi akan mengumumkan siapa yang akan jadi juara dan tangan orang itu akan diangkat oleh Nabi .


Baginda bersabda: " Seorang juara  dan yang paling kuat adalah : Orang yang jika dia suka dan tertarik akan sesuatu , maka rasa sukanya itu tidak melalaikan dari ikatan  yang haq  dan kemanusiaan,serta tidak menjerumuskannya  kedalam kejahatan,  jika ia marah dan dikuasai oleh emosinya , maka dia dapat mengontrol dirinya tidak mengatakan sesuatu  kecuali  yang benar dan tidak akan keluar dari mulutnya kata-kata yang keji . Dan jika di a berkuasa dan tidak satupun yang bisa mengekangnya ,maka tanganya  tidak akan mengambil melebihi haknya ."


disini berharap menanti
sejak kau pergi
separuh ruang hati
kurindukan hadirmu
bahagiaku...
tak ingin beralih

Kamis, November 25, 2010

Surat dari Abu Dzar

Abu Dzar  membaca  surat  yang  dikirimkan  kepadanya . Surat  itu  datang  dari  tempat   yang jauh. Melalui surat tersebut, pengirimnya meminta  suatu  nasihat  yang  lengkap  dari  Abu  Dzar.

Si  Pengirim  adalah  orang  yang  mengenal  betapa  besar  perhatian   dan  Concern  Nabi  kepada  Abu Dzar . Nabi  seringkali  mengajarnya  hikmah-hikmah  dengan  sabda-sabdanya  yang  tinggi  yang  penuh arti. Dalam  jawabanya  Abu Dzar  hanya  menuliskan  sebaris kalimat  yang ringkas " Jangan kau memusuhi seseorang  yang  kau  mencintainya  lebih  dari orang-orang  lain ."

Setelah  menerima  dan  membaca  surat  Abu  Dzar , orang  ini  seakan  tidak  mendapatkan suatu  makna  yang   terkandung di  dalam  jawaban  tersebut.  Dia berkata: "Apa-apan ini?  Apa  maksud  nasihat ini ? Sepintas Abu Dzar itu seakan sejenis  taudhihul wadhihat (menjelaskan sesuatau yang sudah jelas).  Apakah  mungkin  seseorang  akan  memusuhi  kekasihnya  yang  paling  ia cintai  ?  sekadar  tidak memusuhi kekasih  adalah  sesuatu  yang mudah , bahkan  demi  kekasih  harta  dan  nyawa  boleh  melayang  begitu pikirnya .


Di sisi lain,  dia  berpikir  bahwa  yang  berbicara  ini bukan sembarang  orang . Dia adalah Abu Dzar seorang yang  berpandangan  sangat luas . Abu Dzar adalah Luqman Umat ini . Seorang  yang  bijak dan  pandai . Tidak  ada jalan  lain  kecuali  harus minta  penjelasan  dari  Abu Dzar sekali lagi .

Sekali lagi  dia  mengirim  surat  meminta  penjelasan.  Dalam  jawabanya  Abu  Dzar  menuliskan
" Maksudku, Kekasih yang paling mulia yang paling kau cintai adalah dirimu sendiri,bukan orang lain  .kau  pasti mencintai  dirimu  lebih dari  kau  mencintai  diri  orang  lain.     Maksudku  jangan  kau  memusuhi  kekasih  yang  paling  kau  cintai  , yakni   jangan kau bersikap  memusuhi  dirimu  sendiri. tahukah kau  bahwa setiap dosa  dan kesalahan yang dilakukan oleh setiap orang ,maka resiko bahaya dan akibat buruknya akan dia tanggung sendiri? 


  note : kisah sejuta hikmah 

Peran Saya ..kelak

Sesungguhnya, dalam menjalani berbagai perannya, peran wanita dapat dipetakan menjadi tiga peran penting yaitu sebagai sebagai pribadi muslimah, sebagai istri, dan sebagai ibu. Pada masing-masing peran, dibutuhkan ilmu yang dapat menjaganya dari berbagai bentuk penyimpangan. Berikut penjelasan ketiga hal tersebut:

1. Sebagai pribadi muslimah
Seorang muslimah akan selalu terikat dengan berbagai aturan agama yang menyangkut dirinya sebagai seorang yang beragama Islam seperti kewajiban untuk merealisasikan rukun iman dan rukun Islam serta aturan lain yang merupakan konsekuensi dari kedua hal tersebut ataupun kewajiban yang terkait dengan kedudukannya sebagai seorang wanita seperti larangan dan kewajiban pada masa haid, kewajiban menutup aurot, dan sebagainya. Seluruh hal tersebut memerlukan ilmu sehingga kewajiban menuntut ilmu juga dibebankan kepda kaum wanita sebagaimana dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut,
طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Mencari ilmu itu merupakan kewajiban bagi seorang muslim.” (Hadits shahih riwayat Ibnu Adi dan Baihaqi dari Anas radhiyallahu ‘anhu )
Al Hafizh Al Sahawi rahimahullah berkata, “Sebagian penulis menambahkan kata-kata muslimatin pada akhir hadits. Kata-kata ini tidak pernah disebutkan satu kali pun dalam berbagai sanad hadits tersebut, sekalipun secara makna memang benar.”
Bertolak dari hal ini Ibnu Hazm rahimahullah berkomentar, “Menjadi kewajiban bagi wanita untuk pergi dalam rangka mendalami ilmu agama sebagaimana hal ini menjadi kewajiban bagi kaum laki-laki. Setiap wanita diwajibkan untuk mengetahui ketentuan-ketentuan agama berkenaan dengan permasalahan bersuci, shalat, puasa dan makanan, minuman, serta pakaian yang dihalalkan dan yang diharamkan sebagaimana kaum laki-laki, tanpa ada perbedaan sedikitpun di antara keduanya. Mereka juga harus mempelajari berbagai tutur kata dan sikap yang benar baik dengan belajar sendiri maupun dengan diperkenankan untuk bertemu seseorang yang dapat mengajarinya. Menjadi kewajiban para penguasa untuk mengharuskan rakyatnya agar menjalankan kewajiban ini”. (Al Ihkam fii Ushulil Ahkam 1/413 dalam Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah, hlm. 7).
Al Hafizh Ibnul Jauzi rahimahullah juga berkata, “Sering aku menganjurkan kepada manusia agar mereka menuntut ilmu syar’i karena ilmu laksana cahaya yang menyinari. Menurutku kaum wanita lebih dianjurkan dibanding kaum laki-laki karena jauhnya mereka dari ilmu agama dan hawa nafsu begitu mengakar dalam diri mereka. Kita lihat seorang putri yang tumbuh besar tidak mengerti cara bersuci dari haid, tidak bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan tidak mengerti rukun-rukun Islam atau kewajiban istri terhadap suami. Akhirnya mereka mengambil harta suami tanpa izinnya, menipu suami dengan anggapan boleh demi keharmonisan rumah tangga serta musibah-musibah lainnya.” (Ahkamun Nisa’ hlm. 6 dalam Majalah Al Furqon edisi 11 tahun VII).
2. Sebagai istri
Seorang istri memiliki kewajiban untuk menaati suaminya dalam hal-hal yang bukan merupakan kemaksiatan terhadap Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةِ اللهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى المَََْعْرُوْفِ
“Tidak (boleh) taat (terhadap perintah) yang di dalamnya terdapat maksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam kebajikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka tidaklah seorang istri dapat mengetahui apakah suatu urusan merupakan kemaksiatan atau bukan kecuali dengan ilmu syar’i.
Selain itu, di akhir zaman ini, ketika keburukan banyak bertebaran di muka bumi yang membuat banyak orang hanyut dalam lumpur dosa, maka seorang istri yang sholihah harus membekali dengan ilmu syar’i agar dapat menjaga keistiqomahan dirinya dan suaminya serta keluarganya. Dengan nasihat yang baik dan kelemahlembutan yang dimiliki seorang wanita, seorang suami akan mampu menemukan ketenangan dan kekuatan yang akan menjaga dirinya dan keluarganya dari perbuatan-perbuatan dosa misalnya berbuat syirik dan bid’ah, berzina, mencari nafkah yang haram, mengambil riba, dan perkara-perkara maksiat lainnya. Karena agama adalah nasihat sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الـدِيْـنُ النَصِيْحَةُ
“Agama adalah nasiha.t” (HR. Muslim)
Nasihat akan lebih dapat diterima oleh hati manusia jika diiringi dengan sikap lemah lembut. Allah Ta’ala berfirman dalam rangka memberi perintah kepada Nabi Musa ‘alaihissalam dan saudaranya (Harun) ketika berdakwah kepada Fir’aun,
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى٭ فَقُولَا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى٭
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (Qs. Thaahaa : 43-44)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam sebuah hadits yang terdapat dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
يَا عَائِشَة إِنَّ الرِّفْقَ مَا كَانَ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَنُزِعَ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
“Wahai ‘Aisyah, tidaklah kelembutan terdapat pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu melainkan akan memburukkannya.”
3. Sebagai ibu
Sebuah syair Arab mengungkapkan hal berikut,
الأُمُّ مَدْرَسَةٌ إِذَا أَعْدَدْتَهَا أَعْدَدْتَ شَعْبًا طَيِّبَ الْأَعْرَاقِ
“Seorang ibu tak ubahnya bagai sekolah. Bila kita mempersiapkan sekolah itu secara baik, berarti kita telah mempersiapkan suatu bangsa dengan generasi emas.”
Beban perbaikan dan pembentukan masyarakat yang Islami juga menjadi tanggung jawab wanita. Hal ini dikarenakan jumlah wanita yang lebih banyak dari laki-laki dan seorang anak tumbuh dari bimbingan seorang wanita. Maka, tidak bisa tidak seorang wanita harus membekali dirinya dengan ilmu syar’i khususnya mengenai pendidikan anak karena pendidikan anak menjadi tugas utama yang dibebankan kepada kaum wanita.
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Hendaknya seorang wanita membaguskan pendidikan anak-anaknya karena anak-anaknya adalah generasi penerus di masa yang akan datang. Dan yang mereka contoh pertama kali adalah para ibu. Jika seorang ibu mempunyai akhlak, ibadah, dan pergaulan yang bagus, mereka akan tumbuh terdidik di tangan seorang ibu yang bagus. Anak-anaknya ini akan mempunyai pengaruh positif dalam masyarakat. Oleh karena itu, wajib bagi para wanita yang mempunyai anak untuk memperhatikan anak-anaknya, bersungguh-sungguh dalam mendidik mereka, memohon pertolongan jika suatu saat tidak mampu memperbaiki anaknya baik lewat bantuan bapak atau jika tidak ada bapaknya lewat bantuan saudara-saudaranya atau pamannya dan sebagainya”. (Daurul Mar’ah fi Ishlah Al Mujtama’ hlm. 25-26 dalam Majalah Al Furqon edisi 12 tahun VIII)
Seorang ibu yang cerdas dan shalihah tentu saja akan melahirkan keturunan yang cerdas dan sholih pula, bi idzinillah. Lihatlah hal itu dalam diri seorang shahabiyah yang mulia, Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha, ibunda Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang merupakan pembantu setia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain cerdas, ia juga penyabar dan pemberani. Ketiga sifat mulia inilah yang menurun kepada Anas dan mewarnai perangainya di kemudian hari. (Ibunda Para Ulama, hlm.25)
Dengan kecerdasannya, ia ‘hanya’ meminta sebuah mahar yang ringan diucapkan namun terasa berat konsekuensinya, yaitu keislaman Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu yang meminangnya saat itu. Dengan kesabarannya pula, ia mampu menyimpan rapat-rapat kesedihannya karena kematian putranya demi menenangkan suaminya.
Potret Semangat Para Salafush Shalih dalam Menuntut Ilmu
Demikian pentingnya peran para wanita. Dalam setiap lini kehidupannya, pasti membutuhkan ilmu syar’i. Hal ini pula yang dimengerti betul oleh para shahabiyah pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga mereka meminta waktu khusus pada beliau untuk mengkaji masalah-masalah agama.
Dari Abu Sa’id Al Khudriy radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa ada seorang wanita menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, kaum laki-laki telah memborong waktumu. Oleh karenanya peruntukkanlah untuk kami sebuah waktu khusus yang engkau tetapkan sendiri. Pada waktu itu kami akan mendatangimu lalu engkau ajarkan kepada kami ilmu yang telah Allah ajarkan kepadamu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Berkumpullah kalian pada hari ini dan ini di tempat ini.”  Kaum wanita pun berkumpul, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mendatangi mereka dan mengajari mereka ilmu yang telah Allah ajarkan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Semangat kaum wanita muslimah dalam mencari ilmu telah mencapai puncaknya hingga mereka menuntut adanya majelis ilmu yang khusus diperuntukkan untuk mengajari mereka. Padahal sebenarnya mereka telah mendengarkan kajian Rasulullah di masjid serta nasihat-nasihat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Demikian juga keadaan para wanita Anshar pada masa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Sebaik-baik wanita adalah wanita dari kaum Anshar. Rasa malu tidak menghalangi diri mereka untuk mendalami ilmu agama.” (HR. Muslim)
Kita jumpai pula bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menganjurkan kaum wanita untuk menghadiri berbagai majelis ilmu guna menambah bekal keilmuan mereka.
Dari Ummu ‘Athiyah al Anshariyyah ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kami untuk menghadiri sholat hari raya ‘Idul Fithri dan hari raya ‘Idul Adha, baik awatiq (gadis yang sudah baligh atau hampir baligh), maupun wanita-wanita yang sedang haid dan juga gadis-gadis pingitan. Adapun wanita yang sedang haid, mereka hendaknya tidak berada di tempat shalat. Saat itu mereka menyaksikan kebaikan dan doa yang dipanjatkan oleh kaum muslimin. Ummu Athiyah berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaknya muslimah yang lain meminjami jilbab untuknya.” (HR. Bukhari dan Muslim) (Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah, hlm. 8-10)
Sejarah telah mencatat, ulama tidak hanya berasal dari kalangan laki-laki saja. Ada banyak ulama wanita yang masyhur dan bahkan menjadi rujukan bagi ulama dari kalangan laki-laki. Lihat saja ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, wanita cerdas yang namanya akan terus dibaca oleh kaum muslimin dalam banyak hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‘Aisyah pula yang merupakan sebaik-baik teladan para wanita dalam menuntut ilmu, baik itu ilmu agama maupun ilmu umum. Az Zuhri mengatakan, “Andai ilmu ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha itu dikumpulkan lalu dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita, niscaya ilmu yang dimiliki oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha itu lebih unggul”. (Al Haitsami berkata dalam al Majma’ (9/243), “Hadits ini diriwayatkan oleh Ath Thabarani sedangkan rawi-rawinya adalah orang yang bisa dipercaya.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al Hakim 4/139. Lihat: Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah, hlm. 20)
Begitu juga dengan masa setelah para shahabat (yaitu masa tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan seterusnya). Setiap zaman selalu menorehkan tinta emas nama-nama para ulama wanita hingga masa sekarang ini. Di antara mereka, adalah putri-putri ulama besar di jamannya. Sebut saja putri Sa’id bin Musayyib (tabi’in), putri Imam Malik, Ummu ‘Abdillah binti Syaikh Muqbil bin Hadi, dan lainnya.
Apakah ilmu yang mereka dapatkan itu merupakan ilmu warisan dari ayah-ayah mereka yang seorang ulama? Jawabannya, tentu tidak. Ilmu bukanlah harta benda yang dapat diwariskan begitu saja.
Alangkah bagusnya apa yang diceritakan oleh Al Farwi, “Kami pernah duduk di majelis Imam Malik. Pada saat itu putra beliau keluar masuk majelis dan tidak mau duduk untuk belajar. Maka Imam Malik menghadap kami seraya berkata, “Masih ada yang meringankan bebanku yaitu bahwa masalah ilmu ini tidak bisa diwariskan.” (Majalah al Furqon edisi 12 tahun VI)
Tentu saja ilmu yang mereka dapatkan tidak datang begitu saja. Ada usaha dan pengorbanan yang besar untuk meraihnya. Mari kita simak kegigihan para salaf dahulu dalam menuntut ilmu.
Hasan Al Bashri berkata, “Apabila engkau mendapati seseorang yang mengalahkanmu dalam urusan dunia, maka kalahkanlah dia dalam urusan akhirat.”
Imam Ahmad berwasiat kepada putranya, “Aku telah menginfakkan diriku untuk perjuangan”. Ketika Imam Ahmad ditanya kapan seseorang dapat beristirahat? Maka beliau menjawab, “Ketika pertama kali menginjakkan kakinya di surga.”
Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata, “Dahulu generasi salaf menuntut ilmu karena Allah, maka mereka pun menjadi terhormat dan menjadi para imam panutan. Kemudian datanglah suatu kaum yang menuntut ilmu yang pada mulanya bukan karena Allah dan berhasil memperolehnya. Namun kembali kepada jalan yang lurus dan mengintrospeksi dirinya sendiri dan akhirnya ilmu itu sendiri yang mendorong dirinya menuju keikhlasan di tengah jalan. Sebagaimana dinyatakan oleh Mujahid dan lainnya, “Dahulu kami menuntut ilmu tanpa niat yang tinggi. Namun, kemudian Allah menganugerahi niat tersebut sesudah itu.” Sebagian ulama menyatakan, “Kami hendak menuntut ilmu untuk selain Allah. Namun ternyata ia hanya bisa dilakukan karena Allah”. (Panduan Akhlak Salaf , hlm. 7)
Para salaf yang lain juga benar-benar bersemangat memperhatikan permasalahan niat ini. Sufyan Ats Tsauri berkata, “Saya tidak pernah mengobati sesuatu melebihi terapiku terhadap niat.”
Tidak hanya hati saja yang mereka jaga kesungguhan dan ketulusannya ketika menuntut ilmu, tubuh mereka pun ditempa sedemikian rupa sehingga menjadi raga yang kuat menghadapi rintangan dalam perjalanan menuntut ilmunya. Perhatikanlah kisah Hajjaj bin Sya’ir ini, “Ibuku pernah menyiapkan untukku seratus roti kering dan aku menaruhnya di dalam tas. Beliau mengutusku ke Syubbanih (salah seorang ahli hadits) di Madain. Aku tinggal di sana selama seratus hari. Setiap hari aku membawa seratus roti dan mencelupkannya ke sungai Dajlah kemudian aku memakannya. Setelah roti habis aku kembali ke ibuku.” (102 Kiat Agar Semangat Belajar Agama Membara, hlm. 274).
Penutup
Mungkin saja kita tidak bisa setara dengan para salafush sholih dalam semangat mereka menuntut ilmu. Akan tetapi, segala upaya harus kita kerahkan agar semangat menuntut ilmu itu selalu terhujam kuat di dalam hati kita.
Allah berfirman,
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (Qs. At Taghaabun : 16)
Maka tidak ada lagi alasan “Saya cuma ibu rumah tangga” atau “Saya sudah jadi seorang istri” atau “Saya tinggal di tempat yang jauh dari majelis ilmu” untuk menghindari kewajiban menuntut ilmu. Dengan berkembangnya teknologi di masa sekarang ini –misalnya internet, radio, rekaman kajian (kaset, CD, VCD, DVD), buku-buku Islam, dan majalah Islami- cukup memudahkan kita para wanita untuk tetap dapat menuntut ilmu tanpa harus datang dan duduk langsung dalam sebuah majelis ilmu jika keadaan memang tidak memungkinkan.
Semoga dengan sedikit pemaparan di atas, semangat para wanita untuk menuntut ilmu dapat tumbuh subur, sehingga dengan ijin Allah Ta’ala kita dapat songsong kembali kejayaan umat Islam di atas manhaj salafush sholih.
Wallahu Ta’ala A’lam.
Penulis: Ummu Nabiilah Siwi Nur DanayantiMuroja’ah: Ust. Aris Munandar
Referensi:Abdul Azis bin Nashir Al Jalil, Panduan Akhlaq Salaf (Terjemahan dari Aina Nahnu min Akhlaqis Salaf), At Tibyan, Solo.Abu Anisah bin Luqman al Atsari, Tugas Mulia Seorang Ibu, Majalah Al Furqon edisi 12 tahun VIII.Abu Maryam Fathi Sayyid, Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah (Terjemahan dari Shafahat Musriqah min Sirah al ‘Alimat al Muslimat), Samodra Ilmu, Yogyakarta.Abul Qa’qa’ Muhammad bin Shalih Alu ‘Abdillah, 102 Kiat Agar Semangat Belajar Agama Membara (Terjemahan dari Kaifa Tatahammas fi Thalabil ‘Ilmi Syar’i Aktsar min 100 Thariqatan lit Tahammus li Thalabil ‘Ilmi Syar’i), Elba, Surabaya.Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi, 10 Faidah Seputar Dunia Wanita, Majalah Al Furqon edisi 11 tahun VII.Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf, Wanita-wanita Pengukir Sejarah Islamiah, Majalah Al Furqon edisi 12 tahun VI.Sufyan bin Fuad Baswedan, Ibunda Para Ulama, Wafa Press, Klaten.
***
Artikel muslimah.or.id

Rabu, November 24, 2010

dalam keheningan tersadar ingin menceritakan semua tentang kita 
larutkan dalam cawan yang beraroma ..agar terhirup oleh para bidadari surga
persiapkan semua .. 
ini hal yang menakjubkan yang engkau bawa .. 
kekasih adalah kebaikan ....
karena seorang pecinta memperoleh kekuatan dan kehidupan dari citra kekasihnya
ribuan bentuk,ribuan perubahan ,digerakkan oleh cinta
Bismillaahirrohmaanirrohiim ...
Hadits ini sempat menjadi pembicaraan di salah satu milis yang saya ikuti. Sejak saat itu saya semakin penasaran ingin tahu syarahnya (sebenarnya sudah lama penasarannya).
Teman-teman ingin tahu juga?
Berikut ini saya kutipkan bunyi haditsnya dari CD Hadits 9 Imam:

(BUKHARI - 4790) : Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Abdurrahman dan Ali bin Hujr keduanya berkata, Telah mengabarkan kepada kami Isa bin Yunus Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Urwah dari Abdullah bin Urwah dari Urwah dari Aisyah ia berkata; Sebelas wanita duduk-duduk kemudian berjanji sesama mereka untuk tidak mnyembunyikan sedikitpun seluk-beluk suami mereka. Wanita pertama berkata, "Suamiku adalah daging unta yang kurus, berada di puncak gunung yang sulit, tidak mudah didaki, dan tidak gemuk sehingga mudah diangkat." Wanita kedua berkata, "Suamiku? Aku tidak akan menyebarkan seluk-beluk tentang dirinya. Aku takut tidak bisa meninggalkannya jika aku menyebutnya, aku menyebutkan kebaikan dan keburukannya sekaligus." Wanita ketiga berkata, "Suamiku jangkung. Jika aku berkata, ia menceraikanku. Jika aku diam, ia menggantungkan (urusanku)." Wanita keempat berkata, "Suamiku sedang, seperti cuaca Gunung Tihamah. Ia tidak panas, dingin, menakutkan, dan membosankan." Wanita kelima berucap, "Suamiku? Jika ia masuk, ia seperti anak singa. Jika ia keluar, ia seperti singa. Ia tidak pernah bertanya apa yang ia ketahui." Wanita keenam mengemukakan, "Suamiku? Jika makan, ia mencampur semua jenis makanan. Jika minum, ia menghabiskan seluruh air. Jika tidur, ia berselimut. Ia tidak memasukkan telapak tangan untuk mengetahui kesedihan (tidak penyayang kepadanya)." Wanita ketujuh berkata, "Suamiku tidak tahu kemaslahatan dirinya dan bodoh. Baginya, semua penyakit adalah obat. Ia membelah kepalamu atau memecahkanmu, atau melakukan kedua-duanya terhadapmu." Wanita kedelapan berkata, "Suamiku halus sehalus kelinci dan harum seharum zarrab (tanaman yang harum)." Wanita kesembilan mengatakan, "Suamiku tinggi tiangnya, panjang bantuannya, besar asapnya, dan rumahnya dengan api." Wanita kesepuluh mengemukakan, "Suamiku adalah majikan dan tidak ada majikan sebaik dia. Ia mempunyai unta yang banyak sekali dan dekat pengembalaannya. Jika unta-unta tersebut mendengar suara rebana sebagai tanda kedatangan tamu, unta-unta tersebut merasa yakin bahwa mereka akan disembelih." Wanita kesebelas berkata, "Suamiku adalah Abu Zar'in. Tahukah kamu siapakah Abu Zar'in? Ia menggerak-gerakkan perhiasan kedua telingaku, memenuhi lemak kedua lenganku, dan membahagiakanku hingga jiwaku berbahagia. Ia mendapatiku di tempat pemilik kambing kecil di gunung kemudian membawaku ke pemilik kuda yang banyak, unta yang banyak, penggiling makanan, dan pengusir burung. Di tempatnya, aku berkata dan tidak menjelek-jelekkan, tidur hingga pagi, dan minum hingga puas. Ibu Abu Zar'in. siapakah ibu Abu Zar'in? Tempat makanannya besar dan rumahnya luas. Anak laki-laki Abu Zar'in. Siapakah anak laki-laki Abu Zar'in? Tempat tidurnya seperti pedang yang diambil dari sarungnya (ringan) dan ia dibuat kenyang dengan lengan kambing yang berusia empat bulan. Anak perempuan Abu Zar'in. Siapakah anak perempuan Abu Zar'in? Ia patuh kepada ayah ibunya dan membuat marah tetanggganya. Budak wanita Abu Zar'in. Siapakah budak wanita Abu Zar'in? Ia tidak merusak pembicaraan kami, tidak memindahkan warisan kami, dan tidak memenuhi rumah kami dengan kotoran seperti rumput. Abu Zar'in keluar sedang tempat-tempat susu digerak-gerakkan dengan keras, kemudian ia bertemu dengan seorang wanita bersama dua anaknya seperti anak singa yang sedang bermain di bawah pinggangnya dengan dua buah delima, kemudian Abu Zar'in menceraikanku dan menikahi wanita tersebut. Sesudahnya aku menikah dengan seorang laki-laki yang mulia, mengendarai dengan cepat, mengambil tombak, mengembalikan hewan ternak kepadaku, dan memberiku bau harum semuanya sepasang. Ia berkata, 'Makanlah hai Ummu Zar'in dan berilah makan keluargamu.' Jika aku kumpulkan semua yang diberikan suami keduaku tersebut, tidak mencapai bejana terkecil Abu Zar'in. Aisyah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Terhadapmu aku seperti Abu Zar'in terhadap Ummu Zar'in." berkata Abu Abdullah; berkata Sa'id bin Salamah dari Hisyam dan janganlah engkau penuhi rumah kami dengan sisa-sisa rumah (sampah). Abu Abdullah mengatakan, sebagian mengatakan "Maka aku minum hingga puas.". Dan ini lebih sahih.

Cerita sikap Abu Zar’ terhadap Ummu Zar’ sudah demikian melegenda. Ia hanya mimpi dari seorang Aisyah, tapi Nabi Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam lalu mengabadikannya melalui sabda beliau, bahwa beliau juga bersikap terhadap Aisyah seperti layaknya sikap Abu Zar’ terhadap Ummu Zar’.

Sesungguhnya, kisah Abu Zar’ tidaklah dituturkan dalam riwayat sebagai cerita kosong belaka. Ia kisah yang mengundang Nabi Shollallohu ‘alayhi wa sallam untuk menyatakan diri sebagai Abu Zar bagi aisyah, istrinya, dan juga bagi istri-istri beliau yang lain, para Ummahatul Mukminin yang mulia –rodhiyallohu ‘anhunna-.

Bila ditelaah dan dicermati baik-baik, kisah Abu Zar’ memuat sebuah pelajaran penting yang meliputi beragam hikmah dan pelajaran. Yakni, Abu Zar’ adalah sosok suami yang penuh pesona. Atas keberadaannya sebagai suami, wajar saja istrinya mampu berbangga diri di hadapan teman-temannya, di hadapan sepuluh wanita dengan pengalaman bersuami yang unik-unik dan menggelitik. Segala hal yang mengundang pesona itu, akan coba kita simak satu demi satu, secara ringkas saja:

1. PRIBADI YANG DEKAT DENGAN ISTRI

Sikap Abu Zar’ itu menggambarkan keakraban dan keintiman yang begitu memikat antara seoarng suami dengan istrinya. Seorang istri amat menyukai suami yang “dekat” dengannya. Definisi “dekat” di sini boleh ditafsirkan harfiyyah, tapi juga boleh ditafsirkan secara abstrak. Keduanya memang dibutuhkan untuk sebuah keakraban dan keintiman antara pasutri.

“Ada empat faktor pemicu kebahagiaan: Istri yang sholihah, rumah yang megah (lebar, meskipun sedehana), kendaraan yang nyaman, dan hendaknya rezekinya didapatkan di negeri sendiri.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban IX : 240]

“Perjalanan adalah kepingan dari siksa Alloh, karena seseorang terhalangi menikmati makanan, minuman, dan waktu istirahat tidurnya. Bila seseorang sudah terpenuhi kebutuhannya lewat perjalanan tersebut, hendaknya ia lekas pulang menemui keluarganya.” [Diriwayatkan oleh Bukhori II : 639, oleh Muslim III : 1526, Ibnu Majah II : 962, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya VI : 425, dan Imam Malik dalam al-Muwaththo’ II : 980]

Abu Zar’ tidak pernah membangun tembok yang memisahkan dirinya dari istrinya. Ia tidak menempatkan “kewibawaan” di posisi yang terlalu terhormat, sehingga ia bergaul dengan istrinya secara ala kadarnya.

Kedekatan yang saya maksud di sini lebih kepada kedekatan kejiwaan, bukan kedekatan fisik belaka. Bila hati sudah dekat dan saling terkait satu dengan yang lain, maka “tembok Berlin” sekalipun tak akan mampu menghalangi keduanya untuk tetap bersatu.

Di masa sekarang ini, kita bisa mengimplementasikan rasa dekat kita kepada istri, dengan saling mengirim SMS saat sedang berjauhan, saling mengucapkan “I LOVE YOU”, “UHIBBUKA (KI) FILLAH” [Aku mencintaimu karena Alloh] saat bertemu atau akan berpisah dalam waktu sementara, saling mencoba mengenali kebiasaan dan kesukaan pasangan, dan berbagai cara lain yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Rasa dekat” itu akan memberikan motivasi bagi suami dan istri untuk saling menumbuhkan kepercayaan pada pasangannya, untuk selalu mengingatkan pasangan agar tak berlaku keliru meski sedang jauh dari pasangannya, juga menghadirkan pasangan dalam hati, meski mereka tak sedang berada di satu tempat.

Rasa dekat itu bisa melahirkan kepedulian satu terhadap yang lain, dan inilah salah satu pilar kesejahteraan dan keharmonisan rumah tangga.

Rasa dekat itu juga mampu membangun imajinasi suami untuk menetapkan langkah-langkah positif bagi perbaikan di masa mendatang.

Rasa dekat itu juga dibutuhkan untuk membangun kepercayaan pada diri anak-anak agar mereka yakin mereka berasal dari keluarga bahagia, bahwa mereka adalah anak-anak yang berbahagia, bahwa bersama keluarga mereka bisa berbuat yang terbaik bagi kepentingan Islam dan kaum muslimin di mana pun mereka berada.

2. PRIBADI YANG MEMULIAKAN ISTRI

Kisah Abu Zar’ mengajarkan hal penting yang kerap diabaikan oleh banyak suami: memuliakan istri.

Lihatlah, bagaimana pemuliaan beliau terhadap istrinya yang ia perlakukan bak seorang putri, bahkan lebih dari itu. Ia bisa mengerjakan apa yang sesungguhnya biasa dilakukan justru oleh kalangan istri, yaitu menyediakan makanan dan minuman di pagi hari misalnya.

Hal-hal sederhana ia lakukan, tapi bagi istrinya itu adalah karunia besar. Istri mana yang tidak merasa begitu berbahagia mendapati suaminya melakukan hal-hal yang tidak lazim dilakukan seorang suami? Ia bisa berbangga di hadapan siapapun atas sikap suaminya itu.

Kalau seorang istri mengatakan, “Suami saya sangat rajin bekerja mencari nafkah, siang dan malam,” orang akan berujar, “Ia suami yang bertanggung jawab.” Tidak lebih dari itu.

Tapi bila ia mengatakan, “Suami saya sering menyediakan sarapan buat kami sekeluarga, padahal di siang hari ia bekerja keras. Di malam hari, ia sering mengganti popok anaknya, mengantar mereka ke toilet” dan sejenis itu, maka tanggapan yang muncul, “Duh… Duh, beruntung sekali engkau menjadi istrinya!”

Apa yang diceritakan dalam hadits Anas bin Malik menceritakan, “Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shofiyyah. Kemudian beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut beliau dan Shofiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau sehingga dia bisa menaiki unta tersebut.”

Anas menceritakan bahwa tetangga Rosululloh Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam –seorang Persia—pintar sekali membuat masakan gulai. Pada suatu hari dia membuatkan masakan gulai yang enak untuk Rosululloh Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam. Lalu dia datang menemui Rosululloh Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam untuk mengundang makan beliau.

Beliau bertanya, “Bagaimana dengan ini (maksudnya Aisyah)?”

Orang itu menjawab, “Tidak.”

Rosululloh Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam berkata, “(Kalau begitu) aku juga tidak mau.”

Orang itu kembali mengundang Rosululloh Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam dan beliau kembali bertanya, “Bagaimana dengan ini?”

Orang itu menjawab, “Tidak.”

Rosululloh Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam kembali berkata, “Kalau begitu aku juga tidak mau.”

Kemudian orang itu kembali mengundang Rosululloh Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam dan beliau kembali bertanya, “Bagaimana dengan ini?”

Pada yang ketiga kalinya ini orang Persia itu mengatakan, “Ya.”

Akhirnya mereka bangkit dan segera berangkat ke rumah laki-laki itu.”

3. PRIBADI YANG MEMILIKI KEBERSAMAAN DENGAN ISTRI

Abu Zar’ seringkali hadir di saat-saat indah bersama istrinya. Bahkan di saat-saat ketika kebanyakan suami bekerja mencari uang. Perlukah seperti itu? Sangat diperlukan.

Oleh sebab itu, seorang suami yang baik senantiasa berpikir bagaimana membangun usaha yang bersifat mandiri, yang menyebabkan ia memiliki waktu luang banyak bersama keluarga.

Bekerja sebagai karyawan yang mengisi setiap hari dengan bekerja di kantor, dan hanya menyediakan waktu libur setahun sekali bersama anak-anak dan istri, atau 1 hari dalam sepekan, yakni hari Ahad, yang sering pula dijadikan waktu beristirahat total di rumah, mungkin tidak usah dijadikan pilihan, kecuali dalam kondisi terdesak.

Tahukah kita, betapa sibuknya Rosululloh Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam? Ya, di tengah lilitan berbagai persoalan umat, belum lagi mengatur masyarakat Islam, dan masih diselingi dengan peperangan sepanjang hidupnya, beliau jelas sosok pemimpin yang sangat sibuk. Dengan murni kesibukan yang produktif, yang sangat terpuji. Namun, di sela-sela berbagai kesibukan itu, beliau toh tetap akrab dengan istri-istrinya. Beliau tetap terlihat dekat dengan setiap istrinya. Kedekatan itu terkadang hanya beliau isyaratkan dengan perbuatan-perbuatan sederhana saja.

Shofiyyah, istri Nabi Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam menceritakan bahwa dia datang mengunjungi Rosululloh Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam ketika beliau sedang melakukan i’tikaf pada sepuluh hari yang terakhir dari bulan Romadhon. Dia berbicara dekat beliau beberapa saat, kemudian berdiri untuk kembali. Nabi Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam juga ikut berdiri untuk mengantarkannya.

Dalam satu riwayat dikatakan, “Nabi Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam berada di masjid. Di samping beliau ada para istri beliau. Kemudian mereka pergi (pulang). Lantas Nabi Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam berkata kepada Shofiyyah binti Huyay, ‘Jangan terburu-buru, agar aku dapat pulang bersamamu’.”

Jadi, berjalan pun bisa juga bisa menjadi salah satu ungkapan kedekatan suami dengan istrinya.

Hal yang sama juga pernah dilakukan Aisyah, bagaimana ia menyisir rambut Nabi Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam yang sengaja didongakkan melalui jendela dari dalam masjid, saat beliau sedang ber-i’tikaf.

Ada sebuah riwayat dari Jabir tentang haji Nabi Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam yang akan menggambarkan betapa para Sahabat dahulu juga terbiasa membawa istri-istri mereka, dalam perjalanan berat, termasuk melaksanakan haji. Hal itu dituturkan oleh Jabir sendiri, “Lalu Nabi Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam datang pada pagi hari tanggal empat Dzulhijjah. Maka setelah kami datang, Nabi Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam memerintahkan kami ber-tahallul. Kemudian sampailah kepada beliau bahwa kami mengatakan, ‘Ketika antara kami dan hari Arofah hanya tinggal lima hari. Beliau memerintahkan kami ber-tahallul untuk mencampuri istri-istri kami.’ Maka, datanglah kami ke Arofah sementara kemaluan kami meneteskan madzi.” [Shohih Bukhori: Kitab Al-I’tishom, bab nahyun Nabiyi Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam ‘alat-Tahrim, juz 17, hal 109. Shohih Muslim: Kitab al-Hajj, bab Bayanu Wujuhil Ihrom wa Annahu Yajuzu Ifrodul Halji wat-Tamattu’ wal-Qiron, juz 4, hal 37].

Banyak riwayat sejenis yang menceritakan bagaimana Rosululloh Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam dan para sahabat merasa senang selama mungkin berada bersama istri-istri mereka. Tentu bukan dalam konteks hingga mengabaikan dakwah misalnya, atau membuat suami teledor dan lupa mencari nafkah. Bukan, sama sekali bukan.

Ini hanyalah untuk menunjukkan bahwa mereka sangat memerhatikan bagaimana mencari waktu untuk bisa banyak bersama dengan istri, entah dengan pulang ke rumah, atau bepergian mengajak istri dan anak-anak, adalah realitas yang tak terbantahkan.

Kebersamaan adalah salah satu hal terindah dan paling romantis, dalam kehidupan pasutri. Perselingkuhan banyak terjadi, saat kebersamaan di antara suami istri sudah mulai terjajah, lalu menjadi fenomena yang dianaktirikan.

Suami sibuk bekerja dan berbisnis, istri sibuk keluar rumah, shopping, ke salon, atau ikut berbisnis menjadi kompetitor suaminya, akhirnya sering menciptakan ruang yang memisahkan mereka berdua. Sehingga mereka jarang sekali bersama-sama menikmati keindahan hidup, apalagi untuk belajar dan mendalami agama.

Kebersamaan adalah makna sebuah keharmonisan pada salah satu sisinya yang paling menonjol. Kita mengenal istilah hidup bersama, dan betapa banyak di antara kita yang hidup bersama istri namun tak merasakan kebersamaan.

Cobalah sesekali melakukan perjalanan tanpa disertai istri untuk membuat sebuah perenungan; betapa tak nyamannya hidup sendirian, betapa indahnya kebersamaan bersama istri. Saat pulang, bangunlah suasana kebersamaan itu, seperti orang yang membangun suasana pantaidi teras rumahnya, atau suasana pegunungan di kebun belakang rumahnya.

Imajinasi positif dalam membumikan nilai-nilai kebersamaan itu penting sekali. Maka bermain-main dengan istri pun menjadi salah satu hal penting yang perlu terus dibiasakan agar makna kebersamaan itu makin maujud dalam kehidupan pasutri.

Salah satu pesona Abu Zar’ adalah kemampuannya menjadikan istri sebagai sebagai teman terdekat, untuk hal-hal yang akan membangun kebahagiaan bagi mereka, di dunia dan di akhirat.

Hadits Abu Zar’ mengajarkan kepada kita bahwa banyak hal yang dalam kehidupan nyata ini yang dibangun melalui mimpi. Karena hadits ini muncul diawali dengan kisah mimpi Aisyah Rodhiyallohu ‘Anha yang diceritakan kepada Nabi Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam. Betapa sesungguhnya hanya terjadi dalam mimpi Aisyah Rodhiyallohu ‘Anha, dan bahwa kesebelas wanita itu hanya wujud manusia di alam tidur semata. Namun, dengan cerdas Rosululloh Shollallohu ‘Alayhi wa Sallam membumikan mimpi itu danmenjelaskan bahawa apa yang terjadi dalam mimpi Aisyah itu dapat diwujudkan ke alam nyata, melalui sabda beliau: “Aku bagimu layaknya Abu Zar’in bagi Ummu Zar’in.”

Diketik ulang oleh Iwana Nashaya dalamhttp://iwananashaya.multiply.com/


Jazakillah ummi Khansaa 4 artikel

Selasa, November 23, 2010

sahabat -sahabat

 seorang  teman baik memberikan sebuah kata-kata penyejuk ,

saat suatu malam diri ini meminta sebuah  tauzih  padanya ,

dengan cepat ia membalas SmS dariku berikut bunyin pesanya  :

" ketika sedih melandamu menangislah sahabat,barangkali tangis itu akan
menghapus sedihmu ,dan jadikan sabar dan sholat sebagai
penolongmu,sesungguhnya Allah memberi ujian sesuai kesanggupan kita" 

 

 

 dan pada esok harinya disebuah akun Fb,

seorang teman menuliskan sebuah motivasi indah di wallnya   bunyinya :

"Tetapkan kami, hati kami untuk selalu condong pada Mu....tetapkan kami dlm persaudaraan karena Mu...tetapkan kami dalam cinta Mu cinta karena Mu, agar kami selalu rindu dan mencintai Mu...."

 

sungguh senang punya sahabat  ,

yang mampu memberikan pengaruh baik  bagi diri ini

Terima Kasih Yaa Allah 

 

terkadang baik menurut engkau belum tentu baik menurut Allah

Senin, November 22, 2010

sebongkah rindu menari-nari pada telaga hati
berlarilah ia mengusir sepi
hadirkan bulir - bulir rindu 
ketika episode ini berawal 
genggamlah segera ..hingga eratnya bertaut 
dinding yang dingin sebagai saksi 
ramai juga para bidadari mengusik
mewarnai seuntai harap
bawalah berlari menujuNya 

nuansa merona dipipinya
menepis malu yang tersembunyi
mencari arti hadirnya
dalam baluatan 
kesedihan.. menyapamu
bukan sebuah arti
namun bukti yang kuakui
tutur kata yang terucap
beri aku jalan yang indah
ada damai terasa didada

jangan pergi .... demi nilai yang akan 
... tertuang pada penciptaanNya
waktu yang datang dan pergi dari sisiku 
tidak sia-sia menanti kerinduan ini
ku akui sudah..tak bisa dipungkiri 

Jika tidak mengharap Rahmat_MU 

dan jika menagih simpati pada MU.. 


RAbb karuniakan lah kasihMU 

kepadaku RAbb  

karuniakanlah Rinduku kepadaMU 

semoga kutau syukurku adalah millik-MU ..

Rembulan memancarkan cahayanya  dan anjing menyalak
Apakah salah rembulan jika anjing dicipta demikian ?
tiang-tiang surgawi disinari rembulan
sebenarnya .....
siapakah anjing itu, yang berada diantara pepohonan berduri didunia ?


**********
Sebenarnya ...
Engkau tidak dapat melihat manusia . ketika engkau melihat pada dirimu dan tidak menemukan apa-apa,fikirkan dirimu sendiri dan kau dapati bahwa dirimu hamba dari sifat itu.hal itu bukan karena engkau telah berubah dari dirimu sebelumnya ,tetapi karena ia tidak terlihat di dalam dirimu sebelumnya ,tetapi karena ia tidak terlihat didalam dirimu ..

ia seperti air didalam lautan .
air tidak adatang kelaut kecuali melalui perantara awan,danitu tidak nampak jelas terlihat kecuali melalui gelombang .
Gelombang adalah "peragian"sehingga yang ada dalam dirimu menjadi terlihat sejauh laut masih ada,
engkau tidak melihat apapun.
Tubuhmu berdiri dipantai,sedangkan jiwamu berada dilautan

Sebenarnya ..
Didalam diri manusia terdapat cinta,luka,gatal,hasrat,bahkan jika dia memilki ratusan ribu dunia ,dia kan tidak pernah beristirahat atau menemukan ketenangan .
orang bekerja dengan berbagai macam profesi,kerajinan,pekerjaan dan mereka belajar astrologi dan kesehatan,dan sebagainya,
tetapi mereka tidak mersa tenang karena yang mereka cari tidak dapat ditemukan .

Sebenarnya....
sifat-sifat kamu _seperti kemarahan ,kecemburuan,kegairahan-muncul dari " laut"ini.
orang boleh berkata mereka "pencinta halus "tuhan .orang tidak dapt melihat mereka kecuali melalui media peralatan"pakaian" verbal.ketika mereka "telanjang "mereka terlalu halus untuk dilihat .

Sebenarnya....
hati ini rindu cinta kepada-MU.sebenarnya diri ini rindu kepada-MU ,tapi aku tidak mengerti mengapa cinta masih tak hadir ,tapi aku tidak mengerti mengapa rindu belum berbunga,sesungguhnya walau ku kutip semua permata didasar lautan ..sesungguhnya walau kusiram dengan air hujan dari tujuh langit-MU ..namun cinta takkakn hadir ,namun rindu takan berbunga .. kucoba menghulurkan sebuah hadiah kepadaMU .. tapi mugkin karena isinya tidak sempurna tiada sering..kucoba menyiramnya ..akar tumbuh dan berbunga ..tapi mungkin karena airnya tidak sesegar telaga ... (Raihan)

Sebeanarnya ....
Karena  DIA  "Dil -aram  kekasih hati yang memberikan ketenangan  hati ..menemukan kedamaian melalui kekasih..semangkin cepat seseorang bangun dan sadar ,jalan yang panjang semankin pendek dan semankin sedikit orang-orang yang akan tersia-siakan pada "anak tangga ini.


Jika tidak mengharap Rahmat_MU  ..dan jika menagih simpati pada MU.. RAbb karuniakan lah kasihMU kepadaku............ RAbb karuniakankanlah Rinduku kepadaMU semoga kutau syukurku adalah millik-MU ..
Cermin itu

Seorang “Mukmin merupakan cermin bagi mukmin yang lain “Nabi muhamamd SAW tidak mengatakan orang kafir merupakan cermin bagi orang kafir ,Nabi tidak mengatakan itu ,bukan kerena orang kafir tidak memilki untuk menjadi cermin ,melainkan karena orang kafir  tidak menyadri cermin dari jiwanya sendiri

Ketika engkau  melihat kesalahan pada saudaramu ,kesalahan itu sebenarnya ada pada dirimu ,tetapi engkau melihat kesalahan itu terpantul dalam dirnya.
Dunia ini merupakan cermin yang melaluinya engkau melihat citra diri sendiri (terlebih lagi  di DUMAY ) betapa banyak orang berinteraksi dalam sehari melihat akun2 baru statusnya yang berupa ,nasehat ,keluhan ,cacian ,makian oleh si empunya Akun ..tidak menyadari setiap yang dituliskan itu merupakan cermin bagi dirinnya ..sehingga orng lain yg melihat terkadang dapat menilai , suatu kesalahn ,hanya saja mengapa itu begitu mudah dijadikan sebuah argument hebat yang sia2 ..
Seseorang tidak pernah merasa bersalah oleh sifat2 buruk apapun yg ada dalam dirinya ,seperti ketidak adilan ,kebencian kerakusan,kecemburuuan,ketidakpekaan,atau kesombongan,maka ketika engkau melihat semuanya didalam diri orang lain engkau merasa malu ,engkau merasa sakit hati ,

Tidak seorangpun jijik oleh korengnya  atau bisulnya sendiri:tak satu orangpun yang akan meletakkan jarinya yang terluka kedalam air rebusan .lalu menjilati jemari itu .,dan ia tidak merasa mual ,meski demikian ,apabila ada bisul kecil atau tangan orang lain terluka,engkau tidak akan perna bisa  bertahan melihat pencelupan tangan dalam rebusan air kemudian dijilat .
Buruknya kualitas moral bagaikan koreng dan bisul.tidak seorangpun merasa dipermalukan oleh dirinya sendiri .Namun setiap orang menderita  kesukaran dan ketakutan karena melihat hanya sedikit luka atau kejelekan pada diri orang lain

Seperti halnya engkau merasa malu karena orang lain ,engkau mesti memaafkan mereka ,karena mereka juga merasa malu  ketika terganggu olehmu .kesusahnamu adalah penyesalan dirinya , karena kesusahnamu muncul dari melihat sesuatu  yang dia lihat pula .”
Bersihkan dirimu dari kesalahan sendiri ,karena kesusahan yang engkau kira dari orang lain sebenarnya berada dalam dirimu sendiri
“seorang Mukmin merupakan cermin bagi Mukmin yang lain “
Seseorang hendaknya tidak berputus asa pada rahmat Allah
Karena harapan adalah langkah pertama menuju keselamatan
Bahkan apabila engakau tidak menempuh jalan itu , setidaknya jagalah ia agar tetap  terbuka
Jangan kataka bahwa engkau telah tersesat ,ambillah jalan lurus yang tidak ada belokan
Lurus adalah sifat tongkat musa ,sedangakan kekakuan merupaakn gambaran papan para tukang sihir, ketika yang lurus muncul dia akan melahap seluruh kekakuan yang lainya,
Ketika kamu meluruskan diri sendiri tidak adalagi yang tersisa ,jangan membuang harapan ,
ambilah jalan lurus yang tidak ada belokan berliku ,jalan lurus ,
Jika seseorang berbuat kejahatan ,sebenarnya akan berakibat pada dirinya sendiri
Karena bagaimana mungkin seseorang dapat mencapai DIA ,sedangkan ia banyak melakukan keajhatan 

Ibarat sekor burung yang bertengger di puncak gunung ,dan kemudian burung tersebut terbang ,apakah burung  itu memperoleh atau kehilangan sesuatu
."sesungguhnya kehidupan ini hanyalah permainan dan hiburan (Q.S 47 :3)

Ketika manusia mencapai kedewasaan dan nalar yang sempurna dia tidak akan bermain-main lagi ,Apabila ia melakukannya ,dia melakukannya secara rahasia dan malu-malu ,agar tidak ada seorangpun melihatnya .

Pengetahuan intelektual ,pembicaraan sia-sia dan tingkah laku duniawi semuanya adalah "angin " sementara manusia adalah "DEBU"ketika angin dan debu bercampur keduanya akan melukai mata kemanapun ia pergi ,tidak ada yang muncul dari keduanya selain kekacauan dan keluhan .

Nah ,sekarang meskipun manusia debu ,hanya debu dia meratap pada setiap kata yang didengarnya ,dan air matanya mengalir bagaikan air .

" Engkau akan melihat mata mereka bercucuran dengan air mata ( Q.S 5:83)

Meskipun cuma sebutir debu 

(Q.S 8:66)

Allah beserta orang-orang yang sabar
Bersabarlahterhadap janji Allah ,semangat dan kesabaran itu bisa melipatgandakan keberanian

“..Jika ada duapuluh orang yang sabar menghadapi kesulitan dapat mengalahkan duaratus orang (musuh)
…Dia mengetahui kalian dalam keadaan lemah ,maka jika ada seratus orang diantara kalian yanag sabar menghadapi kesulitan ,,mereka seharusnya mengalahkan dua ratus
Allah selalu beserta orang-orang yang sabar (Q.S 8:66)


Minggu, November 21, 2010

Tetapkan kami, hati kami untuk selalu condong pada Mu....tetapkan kami dlm persaudaraan karena Mu...tetapkan kami dalam cinta Mu cinta karena Mu, agar kami selalu rindu dan mencintai Mu.....

you always give  a big surprise
 for me....
now and forever
i will remember

now and forever
to be ....


meskipun tak mungkin menunjukkanya ,
meskipun tak mungkin menampakannya 

semoga ia tau 
berharap ia tau 
beritau -beritau


Cita dan cinta tak kan hilang dihapus masa....
Ada rahasia dibalik semua rahasia....
Bahwa Cinta yang dibasuh air mata....
Terpampang suci dan indah selamanya.......

untuk dengarkan suara hati..
relung malam ini ..mencari
terlelap dalam rintangan malam
semoga satukan harapan itu
demi  masa depan 

izinkan ..lepas kan lelah ini seketika
walau selamanya belum pasti

Selasa, November 16, 2010

Waktu terbaik Memberikan jawab

Waktu terbaik 

Memberikan  jawab akan  hadirmu,kau tidak sendiri sahabatku ,ada aku yang selalu menari-nari di wallmu, tuliskan bait puisi ini untukmu , aku tertahan  menatap hitam kerudungmu,memberikan rasa rindu dan kau pun tau dalam hari-hari sepimu kuselalu menanti hadirmu dewi malam ,kerudung hitam  hari ini pun sama seperti hari lalu ,namun dalam hari baru ada suatu titik harapan baru , jangan  berputur asa dengan janji Ar Rahman ..

Ketika hujan itu menetes dipipimu,selalu ada waktu terbaik yang menyisakan pertemuan kau dan aku,agar aku dapat menghiburmu dari kelelahan  dan kepenatan hari-hari mu
September kemarin kau menagis , tapi di hujan deras ini kau sudah dapat tersenyum lapang
Menanti  hadir mu di ujung selatan  ,hadirkan senyum itu …..
Waktu  terbaik  buat  dewi  malam
Disini  aku  menantimu  di  ujung selatan

Dalam hati ini ,Saya percaya
Untuk  siapa  saya mengabdikan semua hidup ini..
Kalau  bukan  pada_ Mu ya Rabb
Saya mengingat  semuanya,tak terkecuali,




Cita dan cinta ,…
Cita ,cinta dan harapan
Kau sembunyikan dalam diam yang  dalam
Berlarilah  cepat menjemputnya
Anda  mengetahui  maknanya
Sungguh  pun  jelas, Namun samar ..menyeruak ke permukaan
Yaa Rabb jadikan  cinta  dan  harapan  kami   menjadi  kenyataan
Dengarkan  nyanyian  angin  yang  Membisikkan pada malam tentang  Kisah sang dara ,
Yang  menitipkan asa pada halimun ,berderap langkah nya mengitari angin yang melambaikan salam perpisahan ..saya melihatnya  ,Dalam  ketertundukkan patuh pada Rabbnya 

  
Dilangit   biru  ini  Sesuatu  telah  tertulis dalam  catatan  
Raih syukur  terdalammu ,karena sudah tertulis  pertemuan  itu
Dengan menyebut nama  Allah ,perkuat  Iman ini yaa RAbb
Dream  menjadi  nyata ,
no hope ?
mengertilah   sesaat  , true Love for Allah
Back up hamba  Yaa Rabb
I  believe ,sesuai  RencanaNya
Just hold  ?



You remember me……Jingga 

Dalam kenangan di tepi cakrawala
Kuterdiam  merenungkan semuanya
Kata-katamu dalam

Menyentak  lamunan dalam sendiri ini
Ruang  sepi itu terisi sudah
Ketika senja  menghadirkan sosoknya

Sudahi  semua , Jadikan suatu nyata
Untuk  awal cita dan cinta

You Remember me………..Jingga,….

Ketika kau hadir menyapa
Tertahan semua kata
Dimana  isi _nya
Berbuat  untuk menyimpannya
Dalam tabungan cita dan cinta 


Jingga…..