Ada beberapa istilah yang sering dipergunakan untuk menyebut anak slowlearner, antara lain adalah anak lamban belajar atau dull normal dan biasanya anak ini mempunyai tingkat kecerdasan diatas 67 – 85 menurut Biehler.
Dengan cirri-ciri khusus sebagai berikut :
• Kemampuan belajar dibawah rata-rata anak normal
• Kelemahan intelektual tidak begitu mempunyai pengaruh di bidang social, tetapi berpengaruh dibidang pelajaran akademis.
• Kemampuan lebih baik dari pada debil dan dapat berfikir abstak
• Kurang perhatian mempelajari pelajaran di sekolah yang sifatnya pemecahan dalam berfikir
• Mengalami kesukaran untuk semua mata pelajaran yang diberikan, sehingga tanpa bimbingan yang baik anak tidak dapat menyelesaikan sekolah dasar
• Kurang dapat mengadakan kritik terhadap dirinya sendiri
• Perkembangan motoriknya lamban
• Lebih senang bercerita dan membicarakan hal-hal yang kongkrit daripada belajar
Dari cirri-ciri tersebut anak slowlearner harus diperlakukan beda dengan anak-anak normal lainnya. Memang jika diperhatikan secara sekilas anak slowlearner dalam segi fisik tidak ada perbedaan dengan anak normal, akan tetapi dalam segi psikis lah dapat diketahui dengan pasti bahwa mereka slowlearner atau setelah diadakan tes kecerdasan, dan setelah diketahui tingkat kecerdasannya maka guru harus dapat menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh selanjutnya.
Dengan cirri-ciri khusus sebagai berikut :
• Kemampuan belajar dibawah rata-rata anak normal
• Kelemahan intelektual tidak begitu mempunyai pengaruh di bidang social, tetapi berpengaruh dibidang pelajaran akademis.
• Kemampuan lebih baik dari pada debil dan dapat berfikir abstak
• Kurang perhatian mempelajari pelajaran di sekolah yang sifatnya pemecahan dalam berfikir
• Mengalami kesukaran untuk semua mata pelajaran yang diberikan, sehingga tanpa bimbingan yang baik anak tidak dapat menyelesaikan sekolah dasar
• Kurang dapat mengadakan kritik terhadap dirinya sendiri
• Perkembangan motoriknya lamban
• Lebih senang bercerita dan membicarakan hal-hal yang kongkrit daripada belajar
Dari cirri-ciri tersebut anak slowlearner harus diperlakukan beda dengan anak-anak normal lainnya. Memang jika diperhatikan secara sekilas anak slowlearner dalam segi fisik tidak ada perbedaan dengan anak normal, akan tetapi dalam segi psikis lah dapat diketahui dengan pasti bahwa mereka slowlearner atau setelah diadakan tes kecerdasan, dan setelah diketahui tingkat kecerdasannya maka guru harus dapat menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh selanjutnya.
Bila anak slowlearner kesulitan dalam belajar atau kesulitan dalam menerima materi pembelajaran yang disampaikan guru, maka untuk mngatasi hal tersebut guru harus berusaha agar materi pembelajaran mudah diserap dan diingat oleh anak slowlearner, untuk itu sekolah dapat menyediakan media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak slowlearner
Anak Slowlearner berbeda dengan anak debil baik dari segi fisiknya maupun psikis, oleh karena itu kemampuannyapun juga berbeda bila anak debil tidak dapat menyelesaikan pendidikannya sampai sekolah dasar maka anak slowlearner ini masih dapat menyelesaikan pendidikannya pada sekolah dasar bila dapat pelayanan yang sesuai. Apabila keluarga, guru dan masyarakat sudah mengetahui dan menyadari kemampuan anak dan juga berusaha membimbingnya maka anak tidak akan pesimis dan timbul rasa percaya diri, yang akhirnya bergaul dengan masyarakat tidak malu.
Dalam pendidikan di sekolah, bila anak ini dicampur dengan anak normal dan tanpa pelayanan tambahan dari pihak sekolah maka akan merugikan diri anak, akibatnya anak akan selalu ketinggalan dalam memahami semua pelajaran. Untuk itu perlakuan khusus pada anak-anak seperti ini harus diberikan pelajaran tambahan dengan metode yang kongkrit seperti melihat gambar, video ataupun peragaan. Karena media-media seperti inilah yang akan menjembatani pemahaman mereka terhadap pelajaran yang diberikan sebagai contoh :
Bila guru menjelaskan materi pelajaran yang sulit diterima oleh siswa maka guru tersebut harus mengulang berkali-kali, dan hal ini akan mengakibatkan tidak tercapainya target pembelajaran. Jika guru mengerti bahwa diantara siswa tersebut ada siswa slowlearner maka guru akan mencari metode yang tidak mengganggu anak normal lainnya seperti menggunakan media gambar atau video ataupun dapat dengan model.
Hal ini sesuai dengan definisi prestasi belajar sebagai kemampuan seseorang untuk mencapai pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman belajar yang di kemukakan oleh Sumadi Suryabrata (1983:30)
Untuk itu diharapkan guru dapat mengoptimalkan media pembelajaran yang ada disekolah agar dapat memperlakukan siswa slowlearner secara baik dan benar.(ani_zr@yahoo.co.uk)
Anak Slowlearner berbeda dengan anak debil baik dari segi fisiknya maupun psikis, oleh karena itu kemampuannyapun juga berbeda bila anak debil tidak dapat menyelesaikan pendidikannya sampai sekolah dasar maka anak slowlearner ini masih dapat menyelesaikan pendidikannya pada sekolah dasar bila dapat pelayanan yang sesuai. Apabila keluarga, guru dan masyarakat sudah mengetahui dan menyadari kemampuan anak dan juga berusaha membimbingnya maka anak tidak akan pesimis dan timbul rasa percaya diri, yang akhirnya bergaul dengan masyarakat tidak malu.
Dalam pendidikan di sekolah, bila anak ini dicampur dengan anak normal dan tanpa pelayanan tambahan dari pihak sekolah maka akan merugikan diri anak, akibatnya anak akan selalu ketinggalan dalam memahami semua pelajaran. Untuk itu perlakuan khusus pada anak-anak seperti ini harus diberikan pelajaran tambahan dengan metode yang kongkrit seperti melihat gambar, video ataupun peragaan. Karena media-media seperti inilah yang akan menjembatani pemahaman mereka terhadap pelajaran yang diberikan sebagai contoh :
Bila guru menjelaskan materi pelajaran yang sulit diterima oleh siswa maka guru tersebut harus mengulang berkali-kali, dan hal ini akan mengakibatkan tidak tercapainya target pembelajaran. Jika guru mengerti bahwa diantara siswa tersebut ada siswa slowlearner maka guru akan mencari metode yang tidak mengganggu anak normal lainnya seperti menggunakan media gambar atau video ataupun dapat dengan model.
Hal ini sesuai dengan definisi prestasi belajar sebagai kemampuan seseorang untuk mencapai pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman belajar yang di kemukakan oleh Sumadi Suryabrata (1983:30)
Untuk itu diharapkan guru dapat mengoptimalkan media pembelajaran yang ada disekolah agar dapat memperlakukan siswa slowlearner secara baik dan benar.(ani_zr@yahoo.co.uk)
Oleh :Dra. Listiani Rahyu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar